BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
yang berkualitas merupakan salah satu penentu bagi pembangunan negara. Karena
dengan pendidikan inilah kelak akan menghasilkan generasi-generasi penerus
bangsa yang akan siap membangun negara ke arah yang lebih baik. Dan untuk
menghasilkan lulusan yang berkualitas dibutuhkan sistem pendidikan yang
berkualitas pula. Dalam pembentukan sistem pendidikan yang berkualitas, selain
perlunya uang yang cukup diperlukan juga manajemen yang berkualitas pula.
Dewasa ini, perkembangan pemikiran manajemen di sekolah dan perguruan tinggi
mengarah pada sistem manajemen yang disebut Total Quality Management (TQM) atau
Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
Total
Quality Mangement (TQM) berasal dari dunia bisnis dan khususnya dalam dunia
perusahaan. Oleh karena itu, untuk memahami TQM harus merujuk pada dunia
asalnya. Hal ini bukan berarti bahwa metode bisnis lebih unggul dari pada
praktek pendidikan, atau bahwa pendidikan akan bisa ditingkatkan hanya dengan
mengadopsi bahasa komersial. Lebih dari itu, justru dunia bisnis dapat belajar
dari metode yang diterapkan di beberapa sekolah.
Di era
kontemporer, dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model pengelolaan
pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini menuntut adanya upaya pihak
pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan
manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan ini lebih
populer dengan sebutan istilah "Total Quality Education (TQE)", dan
di dunia pendidikan nasional dikenal dengan istilah Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah (MPMBS). Dasar dari manajemen ini dikembangkan dari konsep
TQM, yang pada mulanya diterapkan pada dunia bisnis. Secara filosofis, konsep
ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang
berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Total
Quality Management (TQM) dalam pendidikan ini mendapatkan perhatian serius
dalam National Quality Servey. Hal ini menunjukkan bahwa TQM dan isu-isu mutu
secara umum mengundang perhatian publik. Dalam beberapa tahun terakhir, isu
tersebut semakin meningkat. Masyarakat dari semua sektor pendidikan sekarang
telah menunjukkan minatnya. Beberapa institusi mulai mewujudkan filosofi TQM ke
dalam praktek. Perkembangan minat ini telah memberikan stimulan pada tuntutan
publikasi isu-isu TQM dalam dunia pendidikan.
Di Indonesia yang pendidikannya belum banyak menerapkan strategi TQM (Total
Qualty Managemant), kualitas pendidikannya jauh lebih rendah dibanding dengan
negara lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekolah – sekolah yang hampir
rubuh dan ditinggalkan oleh para muridnya. Mewujudkan
mutu yang lebih baik maka pelaksanaan TQM juga harus dilakukan dengan lebih
baik. Untuk itu di dalam TQM terdapat unsur-unsur utama yang ada di setiap
pelaksanaan TQM. Unsur-unsur TQM yang apabila tidak ada atau kurang dalam
pelaksanaannya maka akan menimbulkan kendala-kendala yang akan muncul sehingga
mungkin akan mengakibatkan penurunan mutu dan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karena itu unsur-unsur dalam TQM merupakan sesuatu yang wajib
ada dan dilaksanakan secara maksimal.
Berdasarkan pemikiran di atas, saya menulis makalah ini dengan judul “Penerapan unsur-unsur TQM dalam
lingkungan sekolah”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam makalah ini dirumuskan
sebagai berikut :
1.
Bagaimana menerapkan unsur-unsur TQM dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah?
2.
Bagaimana peran/kontribusi penting sesuai dengan
posisi/kondisi sebagai guru mata pelajaran dalam merealisasikan rancangan?
3.
Apa sajakah kendala yang dihadapi dalam menerapkan
unsur-unsur TQM di sekolah?
4. Kendala apa
yang paling utama dalam lingkungan sekolah?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka
tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui cara menerapkan unsur-unsur TQM dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
2. Mengetahui peran/kontribusi penting sesuai dengan posisi/kondisi sebagai
guru dalam merealisasikan rancangan.
3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam menerapkan unsur-unsur TQM di
sekolah.
4. Mengetahui kendala yang paling utama dalam lingkungan sekolah.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari
hasil penulisan makalah ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang manfaat dari penerapan TQM (Total Quality Management).
2. Memberikan informasi mengenai unsur-unsur
TQM dalam meningkatkan mutu pendidikan
dan kendala-kendala yang dihadapi dalam sekolah.
3. Sebagai bahan referensi bagi pambaca dan penulis selanjutnya dalam
membahas masalah ini di kemudian hari.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management sebagaimana diungkapkan oleh Ishikawa, diartikan
sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian
serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya diungkapkan oleh Santoso, ia
menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas
sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi.
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus-menerus terhadap produk jasa, sumber daya manusia, proses dan
lingkungannya. Sebab, berdasarkan TQM, tolok ukur keberhasilan usaha bertumpu
pada kepuasan pelanggan atas barang atau jasa yang diterimanya.
TQM juga dikenal dengan istilah MMT
(Manajemen Mutu Terpadu). Dalam dunia pendidikan lebih spesifik dikenal istilah
MMTP (Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan). MMTP memiliki definisi yang berbeda
tergantung sudut pandang orang yang mendefinisikannya. Menurut West-Burnham,
MMTP ialah semua fungsi dari organisasi sekolah ke dalam falsafah holistis yang
dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktivitas dan prestasi serta
kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Sallis, MMTP ialah menciptakan budaya
mutu di mana tujuan setiap anggota ingin menyenangkan pelanggannya, dan di mana
struktur organisasinya mengizinkan untuk mereka berbuat seperti itu.
Definisi mengenai MMTP mencakup dua
komponen yakni apa dan bagaimana menjalankan MMTP. Dalam MMTP, pelanggan adalah
yang berkuasa atau sebagai raja yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya.
Ada tiga kesalahan dalam memahami konsep MMTP, yaitu : (1) MMTP bukanlah suatu beban atau gangguan dan tidak dibuat untuk Anda. (2) MMTP bukanlah pekerjaan untuk seseorang atau agenda lainnya kecuali agendanya sama dengan keinginan pelanggan. (3) MMTP bukanlah sesuatu yang hanya dikerjakan oleh para manajer senior kemudian memberikan petunjuknya kepada bawahannya. Akan tetapi, MMTP adalah totalitas yang memerintahkan setiap orang dalam organisasi dilibatkan dalam upaya melakukan peningkatan atau perbaikan. MMTP diartikan sebagai setiap orang dalam lembaga apapun yang status, posisi dan perannya adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya.
Ada tiga kesalahan dalam memahami konsep MMTP, yaitu : (1) MMTP bukanlah suatu beban atau gangguan dan tidak dibuat untuk Anda. (2) MMTP bukanlah pekerjaan untuk seseorang atau agenda lainnya kecuali agendanya sama dengan keinginan pelanggan. (3) MMTP bukanlah sesuatu yang hanya dikerjakan oleh para manajer senior kemudian memberikan petunjuknya kepada bawahannya. Akan tetapi, MMTP adalah totalitas yang memerintahkan setiap orang dalam organisasi dilibatkan dalam upaya melakukan peningkatan atau perbaikan. MMTP diartikan sebagai setiap orang dalam lembaga apapun yang status, posisi dan perannya adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya.
Menurut Soewarso Hardjosoedarmo, TQM adalah penerapan metode kuantitatif
dan pengetahuan kemanusiaan untuk: (1) Memperbaiki material dan jasa yang
menjadi masukan organisasi (2) Memperbaiki semua proses penting dalam
organisasi (3) Memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan
jasa pada masa kini dan diwaktu yang kan datang.
Berdasarkan pengertian diatas maka TQM memiliki falsafah menurut Dr.W.
Edward Deming yaitu: (1) Reaksi berantai untuk perbaikan kualitas, dengan
adanya perbaikan kualitas dapat meningkatkan kepuasan kostumer baik barang dan
jasa sekaligus mengurangi biaya produksi dan produktivitas organisasi dapat
terjaga (2) Transformasi organisasional, kemampuan berkelanjutan untuk
memperbaiki struktur kewenangan dan organisasi (3) Peran esensial pimpinnan,
setiap anggota harus memberikan kontribusi bagi organisasi dan pimpinan berhak
mengembangkan kontribusi yang ada (4) Menghindari praktek manajemen yang
merugikan seperti: tidak adanya kualitas pengembangan hidup yang lebih baik,
hanya memikirkan keuntungan jangka pendek, sering berganti –ganti kegiatan (5)
Penerapan system proud of knowledge.
Maksud MMTP adalah memberikan kesempatan kepada
sekolah untuk mengubah cara-cara tradisional menjadi sekolah yang menginginkan
MMTP sehingga sekolah memiliki mutu tinggi, integritas tinggi terhadap aturan
untuk menimbulkan komitmen terhadap semua level, yaitu bawah, tengah dan atas.
Untuk mencapainya dibutuhkan manusia yang memahami konsep mutu dan memiliki
rancangan masa depan.
Sekolah yang menginginkan MMTP berjalan dengan baik
harus melakukan inovasi dan mau melangkah maju untuk mencapai visi dan misi
sekolah. Warga sekolah harus menyadari bahwa mutu harus memuaskan pelanggan dan
mutu akan mempengaruhi kinerja warga sekolah. Kepala sekolah selaku pemimpin
merupakan kunci yang menjadi motor penggerak dalam memelihara serta memperkuat
proses peningkatan mutu secara terus menerus. Warga sekolah harus merespon
kebutuhan pelanggan guna mencapai mutu yang diinginkannya sehingga sekolah
mampu berkompetisi dengan sekolah lainnya.
B.
Penerapan
unsur-unsur dalam TQM
Definisi mengenai TQM mencakup
dua komponen, yakni apa dan bagaimana menjalankan TQM. Yang membedakan dengan
pendekatan – pendekatan lain dalam menjalankan usaha adalah komponen bagaimana
tersebut. Komponen ini memiliki 10 unsur utama ( Goetch dan Davis, 1994 ) yang
masing – masing akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM , baik pelanggan
internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan
eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka,
sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia,
proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
Guru yang merupakan salah satu pelanggan internal untuk dapat menghasilkan
mutu pendidikan yang baik maka berusaha semaksimal mungkin untuk mengajar dan
mendidik pelanggan eksternal yang mana dalam hal ini adalah siswa. Dengan
memperhatikan semua yang siswa butuhkan maka akan menghasilkan lulusan yang
terbaik pula dan sekolah akan mendapat pujian dari lingkungan sekitarnya.
2.
Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan
TQM , penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas
yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memulai atau
melebihi apa yang ditentukan tersebut. Hal ini berarti bahwa semua karyawan
pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan
perspektif”bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik?” bila suatu
organisasi terobsesi dengan kualitas,maka berlaku prinsip’good enough is never
good enough’.
Baik siswa maupun guru sama-sama memiliki keinginan yang sama yaitu untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik lagi. Dengan bersama-sama
meningkatkan kualitas yang ada maka sekolah akan turut memenuhi dan melebihi
kualitas yang ada.
3.
Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat di perlukan dalam penerapan TQM,terutama untuk
mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tesebut. Dengan demikian data di perlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga
(benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
Adanya pendekatan ilmiah yang ada pada TQM membuat pihak sekolah dapat
mengetahui apa saja yang diperlukan dalam hal pemenuhan kualitas sekolah. Semua
hal dalam pendekatan ilmiah dapat digunakan untuk mengetahui masalah yang ada
di sekolah, langkah apa yang dilakukan yang paling tepat untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Dengan demikian sekolah dapat membuat rencana untuk
meningkatkan prestasi siswa dan melakukan perbaikan yang tepat.
4.
Komitmen Jangka
Panjang
TQM merupakan suatu paradigma
baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang
baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan
perubahan agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
Sekolah memerlukan perencanaan tentang apa yang diharapkan dari sekolah
tersebut kedepannya. Untuk itu diperlukan budaya atau aturan yang dapat
merealisasikan rencana tersebut. Semua pihak yang ada di dalam sekolah tersebut
ikut andil demi tercapainya rencana dari sekolah tersebut. Budaya atau aturan
harus bersifat konstan dari waktu ke waktu demi terwujudnya kualitas sekolah
tersebut.
5.
KerjaSama Tim ( Teamwork )
Dalam organisasi yang dikelola
secara tradisional, seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada
dalam organisasi tersebut agar daya saingannya terdongkrak . Akan tetapi
persaingan internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan
energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang pada
gilirannya untuk meningkatkan daya saing eksternal.
Sementara itu dalam organisasi
yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina,
baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga – lembaga
pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
Lingkungan sekolah memiliki multi unsur yang mana untuk mendapatkan
kualitas yang baik maka dibutuhkan kerja sama dari unsur-unsur yang terkait.
Unsur-unsur sekolah yang dimaksud adalah kepala sekolah, guru, siswa, staf TU,
Komite, warga sekitar. Apabila mereka saling mendukung satu sama lain maka
sekolah dapat meningkatkan kualitasnya.
6.
Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap produk atau jasa
dihasilkan dengan memanfaatkan proses – proses tertentu didalam suatu sistem
atau lingkungan. Oleh karena itu system yang ada perlu diperbaiki secara terus
menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat meningkat.
Sekolah memiliki sistem pendidikan yang dipergunakan untuk menjalankan
semua hal tentang pendidikan. Di dalamnya terdapat aturan-aturan yang di
laksanakan dalam lingkungan sekolah yang pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Seiring dengan waktu maka sistem pendidikan pun
terkadang menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman yang
meningkat maka masalahpun semakin bervariasi dengan membutuhkan pemecahan
masalah yang terbaik pula. Sistem pendidikan harus terus mengalami perbaikan
secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan.
7.
Pendidikan dan Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat
perusahaan yang menutup mata terhadap
pentingnya pendidikan dan pelatihan. Perusahaan-perusahaan seperti itu hanya akan memberikan pelatihan-pelatihan yang sekedarnya kepada karyawannya. Hal ini menyebabkan perusahaan
tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya.
Sedangkan dalam perusahaan yang
menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental.
Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada
akhirnya dan tidak mengenal batas usia.
Sekolah yang menerapkan TQM akan
memberikan atau menganjurkan kepada guru-gurunya untuk mengikuti pelatihan dan
sekolah lebih tinggi lagi guna meningkatkan kemampuan dirinya dan menyampaikan
ilmu lebih baik lagi kepada siswa. Dengan pelatihan yang di dapat dan
pendidikan yang dimiliki guru maka akan menyebabkan sekolah tersebut berkembang
8.
Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan “ rasa memiliki “ dan tanggung
jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini juga
dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil,
karena pihak yang terlibat lebih banyak.
Sekolah yang menggunakan TQM akan memberikan kebebasan kepada siapa saja
dari pihak sekolah untuk memberikan sumbangan ide demi kebaikan sekolah. Selain
ide juga diharapkan dapat mengeluarkan penyelesain dari ide tersebut. Dengan
diterimanya ide dari semua pihak sekolah maka pihak sekolah akan merasa lebih
peduli terhadap sekolah. Tentunya ide-ide yang diterima dan diterapkan adalah
ide yang terbaik demi kualitas sekolah yang lebih baik.
9.
Kesatuan Tujuan.
Supaya TQM dapat diterapkan
dengan baik maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian
setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan
ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/kesepakatan antara pihak
manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
Tiap sekolah memiliki visi dan misi yang masing-masing berbeda satu sama
lain sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut. Dengan visi
dan misi yang ada maka pihak sekolah masing-masing memiliki cara tersendiri
untuk menciptakan tujuan yang sama. Pemikiran tujuan yang sama akan
menghasilkan kualitas sekolah yang sesuai dengan harapan.
10. Adanya
Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan
karyawan membawa 2 manfaat utama. Pertama, hal ini akan meningkatkan
kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang lebih baik, atau perbaikan
yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari
pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan
karyawan juga meningkatkan ‘rasa memiliki” dan tanggung jawab atas keputusan
dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.
Pemberdayaan bukan sekedar
berarti melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan
pengaruh yang sungguh-sungguh berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan menyusun pekerjaan yang memungkinkan pada karyawan untuk
mengambil keputusan mengenai perbaikan proses pekerjaanya dalam parameter yang
ditetapkan dengan jelas.
Pihak sekolah memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Dengan adanya
pembagian tugas buat pihak sekolah maka pihak sekolah tersebut akan
bertanggungjawab dari tugasnya. Membuat rencana yang baik untuk meningkatkan
kualitas sekolah dan menyelesaikan rencana sesuai dengan yang diharapkan atau
lebih.
C.
Kendala-kendala
di Sekolah
Untuk mengembangkan sebuah kultur mutu, diperlukan
waktu dan kerja keras. Karena jika kedua hal tersebut tidak berjalan dengan
baik, maka perjalanan mekanisme kerja mutu akan terhambat. TQM membutuhkan
mental juara yang mampu mengahadapi tantangan dan perubahan dalam pendidikan.
Peningkatan mutu merupakan proses yang membutuhkan kewaspadaan dan
kehati-hatian. Karena diam di tempat saat para pesaing terus berkembang adalah
tanda-tanda kegagalan.
Kendala-kendala
yang terjadi dalam dunia pendidikan antara lain:
1. TQM
mengharuskan kesetiaan jangka panjang
guru, TU dan staf senior
lain terhadap sekolah. Keberadaan
guru senior di sekolah sangat penting karena dari mereka sekolah dapat terus
menjalankan visi dan misi dari sekolah itu di bangun. Dibutuhkan kesetiaan dari
guru senior agar tercipta tujuan sekolah yang diharapkan sejak awal sekolah itu
dibangun.
2. Kekhawatiran
kepala sekolah dalam mengadopsi metode dan pendekatan yang baru adalah kendala
utamanya. Adanya ide-ide baru yang tidak disertai dengan pelaksanaan dan
penyelesaian masalah dengan benar akan membuat kepala sekolah tidak bisa
menjalankan ide baru tersebut.
3. Volume
tekanan eksternal juga bisa menghalangi upaya sebuah sekolah dalam menerapkan
TQM. Sekolah tidak dapat mengikuti semua keinginan dari siswa yang beragam.
Hanya keinginan yang sesuai dengan tujuan dari sekolah untuk menciptakan
sekolah yang berkualitas yang bisa diterima.
4. Dalam
hal ini, perencanaan strategis memiliki peranan penting, untuk membantu staf
memahami misi sekolah dan menjembatani jurang dalam komunikasi.
5. Manajemen
senior harus mempercayai stafnya untuk bersama-sama mengusung visi institusi
mereka ke depan. Kepercayaan dengan sesama guru sangat diharapkan demi
perkembangan sekolah yang lebih baik lagi. Tetapi tidak menyalah gunakan
kepercayaan yang diberikan hanya untuk kepentingan pribadi.
6. Ketakutan
kepala sekolah untuk mendelegasikan bawahannya, maka peningkatan dan
pengembangan mutu akan menjadi suatu yang mustahil.
7. Masalah
utama yang sering dialami oleh banyak sekolah adalah peran yang dimainkan oleh
manajemen menengah.
8. Kepala
sekolah harus konsisten dalam bersikap dan bertindak ketika menganjurkan dan
mengkomunikasikan pesan peningkatan mutu.
9. Beberapa
staf yang terlalu khawatir salah terhadap konsekwensi pemberdayaan juga bisa
menghalangi mutu.
Kendala-kendala
yang dihadapi di sekolah menyebabkan kegagalan dalam mutu pendidikan yang dapat
disebabkan antara lain:
1. Sebab-sebab
Umum Kegagalan Mutu Dalam Pendidikan
- Kegagalan sistem
- Desain kurikulum yang lemah,
- Bangunan yang tidak memenuhi
syarat,
- Lingkungan kerja yang buruk,
- Sistem dan prosedur yang tidak
sesuai,
- Jadwal kerja yang serampangan,
- Sumber daya yang kurang,
- Pengembangan staf yang tidak
memadai
2.
Sebab-Sebab Khusus Kegagalan Mutu
-
Prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati,
-
Kegagalan komunikasi atau kesalah-pahaman
-
Anggota individu staf yang tidak memiliki skil, pengetahuan dan sifat
yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer pendidikan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Total
Quality Management (TQM) adalah suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan
strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan
kepentingan pelanggan. pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan
mengendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengan MMT Pendidikan tinggi (bisa
pula sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi
bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga
sejak dini secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa
yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para
pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang.
Dalam
MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan
pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah
) adalah: (1) Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan
tenaga administrasi, ( 2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer
(siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan
tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha)
Peningkatan
kualitas merupakan salah satu prasyarat agar kita dapat memasuki era
globlalisasi yang penuh dengan persaingan. Untuk itu peningkatan kualitas
layanan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan mutu pendidikan agar dapat
survive dalam era global. Secara langsung peningkatan kinerja suatu lembaga
pendidikan akan berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan konsumen/pelanggan
eksternal ataupun internal.
Pelaksanaan TQM yang baik harus memenuhi unsur-unsur dalam TQM diantaranya:
(1) fokus pada pelanggan (2) obsesi terhadap kualitas (3) pendekatan ilmiah (4)
komitmen jangka panjang (5) kerja sama tim (6) perbaikan sistem secara
berkesinambungan (7) pendidikan dan pelatihan (8) kebebasan yang terkendali (8)
kesatuan tujuan (9) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Apabila
unsur-unsur tidak dilaksanakan dengan maksimal maka akan timbul beberapa
kendala yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan dalam mutu pendidikan.
Sebagai seorang guru di lingkungan sekolah melaksanakan kewajiban yaitu
mengajar siswa dengan baik selain itu juga mendidik siswa dengan benar.
Mengikuti aturan yang ada sesuai dengan sistem pendidikan yang meliputi segala
hal dalam pendidikan. Berfikir untuk memecahkan masalah yang ada sehingga
kendala-kendala yang ada menjadi tidak terlalu berarti.
Kendala yang paling utama dalam pelaksanaan TQM adalah adanya pelaksanaan
TQM yang dilakukan secara menangah. Menengah di sini berarti pihak-pihak di
sekolah tidak mengerti peran mereka di sekolah sehingga tidak dapat melakukan
tugas dan fungsinya dengan baik dan benar.
B. Saran
Sehubungan dengan hasil penulisan, saya
menyampaikan beberapa saran-saran sebagai berikut:
1.
Diharapkan kepada berbagai lembaga pendidikan pada
umumnya, untuk mengimplementasikan Total Quality management, dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
2.
Diharapkan kepada pemerintah menggunakan wewenangnya
untuk meminimalisir faktor-faktor teknis yang menyebabkan kualitas pendidikan
turun. Kualitas pendidikan turun bisa jadi karena tidak melaksanakan TQM atau
melaksanakan TQM tidak secara maksimal sehingga kualitas mutu pendidikan turun.
Kendala-kendala yang ada di sekolah menjadi acuan bagi pemerintah untuk dapat
melakukan perbaikan dalam sistem pendidikan berikutnya.
3.
Diharapkan bagi
penulis lain agar dapat melengkapi, menyempurnakan dalam penulisan makalah ini.
No comments:
Post a Comment